Gaya hidup konsumtif telah memberi dampak nyata pada perusakan ekologi. Namun tidak mudah untuk mengupayakan perubahan mengingat luasnya ruang lingkup yang terkait masalah ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan penyadaran dalam praktik pendidikan, untuk mengembangkan kepribadian non konsumtif. Bila masyarakat memiliki pengendalian diri untuk tidak konstif maka hal ini akan menekan produksi barang, yang artinya mengurangi proses eksploitasi bahan serta mengurangi residu sisa pembakaran bahan bakar fosil yang dihasilkan selama proses produksi dan distribusi barang. Namun bagaimana kita memahami gaya hidup konsumtif ini, mengapa kecenderungan ini sangat masif serta bagaimana melakukan penyadaran untuk mengembangkan keperibadian non konsumtif? Ngopi Yo edisi ke-15, Rabu tanggal pada 2 Maret 2022 ini membahas tema “Mengembangkan Kepribadian non Konsumtif bagi pemulihan Ekologi”, menghadirkan narasumber Sr. Nurwaningsih SDP, Pendidik di SMP Kebon Dalem Te
Pengantar Saat ini dunia menghadapi banyak masalah ekologis yang serius. Proses pemanasan global yang ditimbulkan oleh melimpahnya unsur karbon-dioksida di udara, yang menyebabkan panas dari luar atmosfer terperangkap, sehingga suhu permukaan bumi makin meningkat. Permukaan bumi makin panas, tidak hanya berdampak pada melelehnya lapisan es di kutub atau di daerah-daerah tinggi di belahan bumi lain yang menaikkan permukaan air laut atau membunuh flora dan fauna, namun yang paling merusak terutama adalah perubahan iklim yang menyebabkan banyak bencana di berbagai belajan dunia. Mengapa umat manusia melakukan aktifitas sulit berhenti yang menghasilkan emisi karbon dioksida padahal telah mengetahui dampak luasnya? Semua aktifitas ini terkait pembakaran bahan bakar fosil, baik untuk keperluan pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, pembangkit listrik dan berbagai aktifitas lain. Mengapa masyarakat tidak mengubah perilaku? Sikap hidup terkait dengan cara berfikir tentang