Menurut sebagian orang ‘sejarah ditulis oleh para pemenang’, yaitu menggunakan cara pandang mereka yang secara politik dapat menuliskan ingatan tentang apa yang penting dan menanggalkan apa yang tidak penting menurut penulis. Namun sejarah tidak sekedar apa yang ditulis. Ada banyak situs, yaitu keberadaannya dalam ruang hidup manusia dari masa ke masa menyajikan keterhubungan banyak informasi yang seringkali luput dari apa yang telah ditulis. Situs-situs juga dapat menjadi pintu masuk mengantar pada imajinasi dan pemahaman cara hidup manusia dalam mengelola masyarakat kala itu. Situs menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi. (Arca Garuda Wisnukencana di Musium Trowulan Mojokerto) Minat pada sejarah di kalangan masyarakat Indonesia masih sangat rendah, dalam pengertian sejarah tidak dianggap sebagai sumber belajar, yang tidak sekedar menjadi memori yang menguatkan posisi para pelaku sejarah, melainkan sebagai inspirasi dalam
Oleh Listia. Toleransi adalah nilai yang sangat dikenal oleh masyarakat majemuk seperti di Indonesia, meski sebagai istilah, kata ini berasal dari bahasa Eropa, tolerare-tolerance (Latin-Inggris) yang bermakna menahan diri. Dalam mengelola keragaman, bersikap toleran adalah keniscayaan agar keragaman dapat dikelola untuk mencapai keadilan dan kedamaian hidup bersama. Bersikap toleran membutuhkan pengetahuan tentang keragaman manusia dan komunitas, adanya kesadaran untuk saling menghormati dan kemampuan mengekspresikan dalam bersikap saat menghadapi berbagai jenis perbedaan tersebut. Perlu dicatat, sikap toleran tidak hanya dibutuhkan saat menghadapi orag dengan perbedaan idiologi, agama, budaya dan kepercayaan. Toleransi juga dibutuhkan saat berhadapan dengan perbedaan gender, jenis kelamin, usia, ragam difabilitas maupun perbedaan latar belakang sosial ekonomi. Karena perbedaan-perbedaan tersebut menghasilkan perbedaan pengalaman, cara berfikir, kebutuhan dan asp