Langsung ke konten utama

Bertahan di Tengah Pandemi: Pappirus Muda mengawal Pembaharuan Pendidikan

 

Dalam situasi pandemi yang serba tidak mudah, yang mengubah banyak cara hidup termasuk bekerja dan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan Perkumpulan Pengembang Pendidikan Interreligius/Pappiru hanya dapat dilaksanakan melalui daring. Kegiatan yang dilangsungkan selain rapat-rapat pengurus adalah Ngopiyo (Ngobrol Pendidikan Interreligius di Yogyakarta). Kegiatan ini terselenggara bekerjasama dengan beberpa lembaga yaitu Rumah Kearifan, Sanggar Anak Alam Nitiprayan, Pappirus, Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam.


Pada 26 Februari 2022 diselenggarakan Rapat Umum Anggota, yaitu forum tertinggi dalam perkumpulan Pappirus yang diselenggarakan untuk mendengarkan pertanggung jawaban pengurus masa kerja 2020-2022, memilih pengurus baru dan mereview Anggaran Dasar dan anggaran Rumah Tangga Perkumpulan. RUA kali ini diselenggaran secara daring dan menetapkan pengurus baru dengan ketua Laili Anisa. Untuk Dewan Pengawas disepakati tetap sama yaitu Ibu Sri Wahyaningsih, Ibu Tabita Kartika Christiani dan Bapak Ahmad Saifuddin. Perubahan dalam AD/ART antara lain adalah mengubah waktu pelaksanaan RUA yang semula setahun sekali menjadi dua tahun sekali.


Anggota Perkumpulan umumnya adalah para pendidik, pengamat pendidikan dan pegiat sosial dan orang-orang yang telah bekerja. Beberapa kegiatan lanjutan program dari kepengurusan sebelumnya yaitu Ngopiyo tetap berlangsung sambil mencari waktu yang aman untuk menyelenggarakan rapat kerja pengurus.

Dalam situasi adaptasi dengan pandemi, pengurus baru melengkapi struktur kepengurusan sehingga lengkap. Koordinator Laili Annisa, Wakil Koordinator Anis Farikhatin dan Oktavianus Jefri. Sekreatris Elisabet Setyawati dan bendahara Khristina Antariningsih. Bidang Penelitian Listia dan Latifatu Zahra. Bidang Pelatihan Theofani dan Aditya. Bidang Media Purwono Nugroho Adhi dan Edwin. Bidang Jaringan Relawan Rustiani dan Wiwin Siti Aminah.

Pada 6 Juni Rapat kerja pengurus dilaksanakan diawali dengan mendengarkan uraian situasi pendidikan saat ini dari BU Tabita sebagai perwakilan Dewan Pengawas dilanjutkan dengan diskusi nilai-nilai yang penting untuk terus dikembangkan dalam perkumpulan Pappirus. Nilai-nilai tersebut adalah kesetaraan, keadilan, persahabatan, gotong royong dan cinta ilmu pengetahuan. Nilai-nilai ini yang mendasari perumusan program yang akan diselenggarakan oleh Pappirus.

                                                                                  

Program pengurus periode 2022-2024 adalah pengembangan kapasitas p[engurus dengan melakukan pelatihan metode penelitian, pelatihan kepenulisan dan penggunaan media internet untuk prose penelitian. Program lain adalah pemeliharaan dan pengembangan jejaring baik dengan lembaga-lembaga terkait bidang pendidikan maupun lembaga pendidikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Baru Pendidikan Toleransi di Indonesia

  Pandemi telah mengubah cara kerja masyarakat seluruh dunia. Semua pihak harus dapat beradaptasi dengan situasi penuh resiko ini agar tetap sehat dan semua aktivitas kehidupan dapat dilanjutkan. Demikian halnya dalam berbagai aktivitas pendidikan, selain harus mencari strategi yang aman dan efektif, juga harus tetap kreatif sehingga proses belajar mengajar berlangsung tanpa beban dan berdampak mencerdaskan.     Adaptasi Perkumpulan Pappirus terus mengupayakan pengembangan pendidikan keagamaan yang menumbuhkan kultur belajar yang memungkinkan tumbuhnya kesadaran menerima keragaman sebagai kodrat manusiawi dan mengajak para pendidik agar dapat membantu peserta didik mengembangkan sikap toleran serta mampu bekerjasama dengan orang yang berbeda latar belakang. Adaptasi dalam mengelola perkumpulan antara lain dengan migrasi kegiatan secara daring atau gabungan daring dan luring, sebagaimana dilakukan dalam Rapat Umum Anggota Perkumpulan ke-3, 25 April 2021 dan pertemuan Pengu...
Webinar Pappirus: Bagaimana Mengakhiri Ketidakjujuran Dalam Dunia Pendidikan Masa Kini? Apakah mungkin “mengakhiri ketidakjujuran di lembaga-lembaga pendidikan?”. Dalam bincang-bincang Pendidikan yang diselenggarakan Perkumpulan Pappirus 12 November 2024 lalu, Pak Fathul Wahid, Rektor Universitas Islam Indonesia dan Romo CB Mulyatno, PR, membahas tiga aspek yang memungkinkan seseorang dan komunitas bersikap tidak jujur. Pertama, adanya rasionalisasi atau cara berfikir yang menyediakan alasan bagi tindakan tidak jujur. Kedua, adanya kesempatan atau kondisi yang memungkinkan munculnya sikap tidak jujur. Ketiga, adanya tekanan yang membuat seseorang terpaksa bersikap tidak jujur. Seseorang yang memiliki otonomi dan memiliki kompas moral dalam memilih tindakan, akan senantiasa bertahan dengan gigih dan teguh pada nilai kebenaran dan bersikap jujur, tidak akan mencari-cari pembenaran atas sikap yang tidak jujur. Selalu ada kesadaran bahwa sikap tidak jujur adalah tindakan salah, berbahaya...

Selamat Datang Paus Fransiskus di Indonesia

Bersahaja dan rendah hati Itu selalu ada pada orang-orang yang menebar cinta, mengutamakan perdamaian dari pada kekuasaan, sesuatu yang oleh elit negara dan masyarakat di banyak tempat mulai ditinggalkan.. Agama, dengan segala kekurangan manusiawi pemeluknya, menggenggam tradisi kritik atas kelengahan dan kerakusan manusia, menawarkan pengingat bahwa hidup tidaklah selesai dengan kematian. Dampak dari laku akan diterima orang, mahluk lain dan generasi berikut, maka harus dipertanggungjawabkan. Nalar modernitas selalu enggan dengan nilai-nilai yang dianggap abstrak karena kengganan membuka diri atas keterbatasan rasio dan salah paham pada dir sendiri yang menganggap manusis adalah pusat kehidupan. Nalar yang mengantar pada kebuntuan oleh rasa terasing, persaingan yang menghadirkan kesenjangan, pengabaian aturan (yang hakikatnya pengabaian pada orang banyak), peperangan hingga penghancuran martabat dalam perdagangan orang dan perbudakan baru .. Tapi agama tetap bicara perdamaian, ...