Langsung ke konten utama

Perjanjian Kerjasama dengan Beberapa Lembaga

 


Pada tahun 2019 ini pengurus Perkumpulan mengupayakan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang memiliki visi dan pendekatan bersesuaian dengan visi dan pendekatan yang dimiliki Perkumpulan. Lembaga-lembaga yang menandatangani kerjasama dengan PAPPIRUS adalah Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY, Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia dan SMA PIRI Yogyakarta. Secara umum tujuan kerjasama pada ketiga lembaga ini adalah rangka mewujudkan kerja sama dalam hal peningkatan wawasan pendidik dalam hal moderasi beragama untuk solidaritas kebangsaan dan penguatan metode pembelajaran terkait.

Penandatangan naskah kesepakatan kerjasama dengan Kantor Wilayah Kementrian Agama DIY pada 4 Oktober 2019 dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama DIY Drs. H. Edhy Gunawan, M.Pd.I dan Koordinator Perkumpulan Pengembang Pendidikan Interreligius Listia, M.Hum.

Foto audiensi dengan pimpinan Kantor Wilayah Kemenag DIY, 11 Mei 2019

Naskah kesepakatan kerjasama PAPPIRUS dengan Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan diskusi buku pada 28 September 2019. Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Dr. Tamyis Mukharrom, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam dengan Listia, M.Hum selaku koordinator Perkumpulan Pengembang Pendidikan Interreligius.

Selain penandatangan MoU kerjasama juga dilakukan diskui bedah bedah buku ‘Pendidikan Agama Berwawasan Pancasila, Menjadi Manusia Indonesia yang Beradab’. Narasumber dalam diskusi ini adalah Ibu Anis Farikhatin,M.Pd,  Ibu Tabita Kartika Khristiani, Ph.D dan Rama H.J. Suhardiyanto, SJ.


 Penandatangan naskah kesepakatan kerjasama dengan SMA PIRI Yogyakarta dilakukan pada 14 Oktober 2019 oleh Drs. M. Ali Arie Susanto, Kepala SMA PIRI 1 dan Listia, M.Hum, Kordinator PAPPIRUS di SMA I PIRI Jl. Kemuning nomor 14 Baciro kota Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Baru Pendidikan Toleransi di Indonesia

  Pandemi telah mengubah cara kerja masyarakat seluruh dunia. Semua pihak harus dapat beradaptasi dengan situasi penuh resiko ini agar tetap sehat dan semua aktivitas kehidupan dapat dilanjutkan. Demikian halnya dalam berbagai aktivitas pendidikan, selain harus mencari strategi yang aman dan efektif, juga harus tetap kreatif sehingga proses belajar mengajar berlangsung tanpa beban dan berdampak mencerdaskan.     Adaptasi Perkumpulan Pappirus terus mengupayakan pengembangan pendidikan keagamaan yang menumbuhkan kultur belajar yang memungkinkan tumbuhnya kesadaran menerima keragaman sebagai kodrat manusiawi dan mengajak para pendidik agar dapat membantu peserta didik mengembangkan sikap toleran serta mampu bekerjasama dengan orang yang berbeda latar belakang. Adaptasi dalam mengelola perkumpulan antara lain dengan migrasi kegiatan secara daring atau gabungan daring dan luring, sebagaimana dilakukan dalam Rapat Umum Anggota Perkumpulan ke-3, 25 April 2021 dan pertemuan Pengu...
Webinar Pappirus: Bagaimana Mengakhiri Ketidakjujuran Dalam Dunia Pendidikan Masa Kini? Apakah mungkin “mengakhiri ketidakjujuran di lembaga-lembaga pendidikan?”. Dalam bincang-bincang Pendidikan yang diselenggarakan Perkumpulan Pappirus 12 November 2024 lalu, Pak Fathul Wahid, Rektor Universitas Islam Indonesia dan Romo CB Mulyatno, PR, membahas tiga aspek yang memungkinkan seseorang dan komunitas bersikap tidak jujur. Pertama, adanya rasionalisasi atau cara berfikir yang menyediakan alasan bagi tindakan tidak jujur. Kedua, adanya kesempatan atau kondisi yang memungkinkan munculnya sikap tidak jujur. Ketiga, adanya tekanan yang membuat seseorang terpaksa bersikap tidak jujur. Seseorang yang memiliki otonomi dan memiliki kompas moral dalam memilih tindakan, akan senantiasa bertahan dengan gigih dan teguh pada nilai kebenaran dan bersikap jujur, tidak akan mencari-cari pembenaran atas sikap yang tidak jujur. Selalu ada kesadaran bahwa sikap tidak jujur adalah tindakan salah, berbahaya...

Selamat Datang Paus Fransiskus di Indonesia

Bersahaja dan rendah hati Itu selalu ada pada orang-orang yang menebar cinta, mengutamakan perdamaian dari pada kekuasaan, sesuatu yang oleh elit negara dan masyarakat di banyak tempat mulai ditinggalkan.. Agama, dengan segala kekurangan manusiawi pemeluknya, menggenggam tradisi kritik atas kelengahan dan kerakusan manusia, menawarkan pengingat bahwa hidup tidaklah selesai dengan kematian. Dampak dari laku akan diterima orang, mahluk lain dan generasi berikut, maka harus dipertanggungjawabkan. Nalar modernitas selalu enggan dengan nilai-nilai yang dianggap abstrak karena kengganan membuka diri atas keterbatasan rasio dan salah paham pada dir sendiri yang menganggap manusis adalah pusat kehidupan. Nalar yang mengantar pada kebuntuan oleh rasa terasing, persaingan yang menghadirkan kesenjangan, pengabaian aturan (yang hakikatnya pengabaian pada orang banyak), peperangan hingga penghancuran martabat dalam perdagangan orang dan perbudakan baru .. Tapi agama tetap bicara perdamaian, ...